Umat Islam memahami bahwa bersatu itu adalah ajaran yang bersumber dari Alquran dan Hadis Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam. Oleh karena itu, meski terasa berat, mutlak harus dijalankan. Alquran memberikan pesan tersurat bahwa tidak semestinya di antara kaum muslimin yang satu dengan muslim lainnya berseteru dan ujungnya bercerai-berai. Sebuah keniscayaan bahwa di antara mereka adalah bersaudara dan semestinya saling mendamaikan satu sama lain di antara saudaranya. Selain itu, dinyatakan pula di dalam Hadis Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bahwa, di antara kaum muslimin diibaratkan satu bangunan, maka bagian-bagiannya mesti saling terkait dan memperkukuh. Atas dasar pesan Alquran dan Hadis tersebut, maka persatuan tidak saja seharusnya dijalankan, melainkan juga mewarnai setiap aspek kehidupan. Menjalankan dan mewujudkan persatuan seharusnya dipandang sama dengan menjalankan Alquran dan Hadis Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam. Manakala Alquran tidak boleh diabaikan, maka suatu keniscayaan juga tidak boleh mengabaikan pesan Alquran dan Hadis itu sendiri dengan selalu membangun dan memelihara persatuan di antara kaum muslimin yang merupakan bagian dari tanggung jawab dan mesti ditunaikan.
Betapa banyak kaum muslimin yang sanggup berjuang untuk menegakkan salat, mengeluarkan zakat, menjalankan puasa, haji dan ibadah lainnya, akan tetapi tatkala harus berjuang dan berkorban agar umat bersatu, ternyata tidak mudah menjalankannnya. Umat Islam di mana-mana tercerai-berai juga terpecah-belah dalam berbagai kelompok, aliran, golongan, organisasi bahkan mazhab. Perbedaan itu juga tidak sedikit dijadikan sebab dan alasan untuk tidak bersatu. Perbedaan sejatinya tidak mengapa, asalkan perbedaan itu tidak mengganggu upaya saling kenal-mengenal (ta’aruf), saling tolong-menolong (ta’awwun) dan saling menanggung beban (takaful). Tatkala berbeda, maka seharusnya mereka saling berkompetisi dalam melakukan pelbagai kebaikan. Sebagai bukti yang paling mencolok mata bahwa ajaran tentang persatuan itu sangat sulit dilakukan, umat Islam di berbagai belahan dunia masih terlibat perpecahan dan perseteruan, akibatnya mereka menjadi lemah dari berbagai sisi, baik di bidang pengembangan ilmu pengetahuan, sosial, politik, terlebih sisi ekonomi dan lain sebagainya. Kaum muslimin saat ini seakan-akan mereka lupa bahwa awal mula yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad shalallahu’alaihi wasallam ketika sampai dalam berhijrah ke Madinah adalah membangun persatuan dan bahkan mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar layaknya saudara kandung yang memiliki keterikatan lahir dan bathin.
Begitu pula di Indonesia, umat Islam Indonesia belum berhasil mengimplementasikan ajaran yang mulia tentang persatuan. Partai, organisasi masyarakat, aliran dan kelompok-kelompok umat Islam tidak jarang menjadi batas atau hijab dan bahkan hambatan dalam membangun ukhuwah sebagai dasar sinergitas terjadinya persatuan. Semangat berpecah-belah ternyata dapat mengalahkan ajaran atau aturan Islam yang meniscayakan saling bersatu, saling mendamaikan dan memperkukuh, hingga bagaikan bangunan yang satu. Kepentingan kelompok, aliran, dan organisasi lebih dikedepankan dibanding kepentingan ukhuwah islamiyah yang seharusnya prioritas serta dijaga atau dirawat bersama.
Realitasnya, di kehidupan bermasyarakat beberapa tahun terakhir, justru sesama umat Islam yang satu dengan yang lainnya seakan belum dapat bersatu, umat masih terpecah-belah dengan beberapa ikatan, baik ikatan ormas maupun ikatan mazhab. Padahal, jika kita melihat potensi yang dimiliki umat Islam saat ini tentunya sangat besar, dari masing-masing kelompok tersebut tentunya memiliki karakter, kekhasan serta kegiatan yang berbeda tetapi sejatinya tujuannya adalah sama, yakni untuk li i’lai kalimatillah atau meninggikan kalimat Allah subhanahu wata’ala.
Terlebih pada bulan Ramadan, umat Islam diwajibkan melaksanakan saum. Saum Ramadan merupakan salah satu ibadah dan dapat menjadi syiar Islam yang semestinya dapat menyatukan seluruh kaum muslimin dari berbagai belahan dunia. Saat berbuka (ifthar), seluruh umat Islam kompak berbuka pada waktu yang satu atau saat yang sama yakni terbenamnya matahari di ufuk barat, seharusnya dapat diambil hikmahnya untuk persatuan umat. Saum Ramadan juga senantiasa mengingatkan kita bahwa Tuhan kita adalah Allah SWT, Tuhan yang satu; agama kita satu, yakni Islam; kiblat kita satu, Ka’bah; dan yang menjadi perhatian kita satu, kondisi kaum Muslim saat ini yang masih terpecah-belah dan dizalimi di berbagai negeri. Semua itu memperkuat bahwa kita —kaum muslim— adalah satu umat di tengah-tengah umat manusia secara keseluruhan. Karena itu, tidaklah layak kita selaku kaum muslim terpecah-belah oleh semangat kemaslahatan duniawi, harta benda, dan penghormatan dari manusia.
Apabila melirik kembali ke belakang, jangankan persatuan sesama umat Islam, dengan umat yang berbeda agama pun umat Islam dapat hidup rukun bersama. Bagaimana dulu ketika zaman Rasulullah Muhammad shalallahu’alaihi wasallam saat hijrah ke Madinah, di sana hidup rukun tiga agama di bawah kepemimpinan Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam. Ada agama Islam, Yahudi dan Nasrani. Begitu pun ketika kekhilafahan Umayyah di Andalusia (Spanyol), di sana bisa hidup rukun berdampingan tiga agama antara Islam, Yahudi dan Nasrani. Maka bukan hal yang mustahil suatu saat nanti kelompok-kelompok Islam tersebut juga bisa bahu-membahu, bersatu satu sama lain demi mewujudkan cita-cita bersama untuk tegaknya Islam dan jayanya kaum muslimin.
Persatuan Islam tersebut akan segera terwujud, bagaikan fajar yang sinarnya telah terbit di ufuk timur, dan siapa pun yang akan menghambat tegaknya peradaban Islam ini tidak akan mampu meski bahu-membahu semua kekuatan jin dan manusia dikerahkan, sama saja usahanya akan sia-sia sebagaimana layaknya mereka akan menahan matahari terbit dari timur. Karena tegaknya persatuan Islam itu merupakan skenario dan janji Allah subhanahu wata’ala dan bi’syarah (kabar gembira) dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Tentunya untuk menegakkan Peradaban Islam tersebut memerlukan perjuangan umat yang bahu membahu, bersinergi dan tentu saja persatuan dari berbagai pihak umat Islam. Insyaallah. Wallahu a’lam bishshawab.